
Rentannya MU Terhadap Bola Mati, Khususnya Sepak Pojok
-
Manchester United tercatat sebagai salah satu tim yang paling rentan dalam menghadapi situasi sepak pojok di Premier League 2024‑25. Mereka menjadi tim yang paling banyak menghadapi sepak pojok di liga, namun justru kesulitan mencegah gol dari situasi tersebut.
-
Di samping itu, United telah mengizinkan sejumlah gol langsung dari sepak pojok, yang merupakan salah satu jumlah tertinggi di liga—hanya Wolverhampton yang setara dalam hal ini.
Penyebab Utama: Banyak Concede + Struktur Bertahan yang Lemah
-
Menurut analisis data, MU memang menghadapi 135 situasi sepak pojok dalam satu musim, yang merupakan jumlah terbanyak ketiga di klasemen (di bawah Sheffield United dan Tottenham).
-
Meskipun demikian, hanya 2,96 % dari sepak pojok tersebut yang berujung menjadi gol — suatu angka relatif kecil jika dibandingkan dengan tim lain.
-
Artinya, masalah sebenarnya bukan di efisiensi pertahanan saat situasi bola mati itu terjadi, melainkan volume situasi tersebut yang terlalu tinggi. United justru menghadapi terlalu banyak sepak pojok—menciptakan peluang lebih banyak bagi lawan untuk mencetak gol.
Strategi Pertahanan yang Kerap Gagal—Inswingers Sebagai Titik Lemah
-
Banyak gol yang kebobolan United justru datang dari sepak pojok bertipe inswinger (lawan mengarahkan bola masuk ke arah gawang). Dari total sembilan gol yang diterima dari sepak pojok, enam di antaranya berasal dari inswinger, menunjukkan kelemahan taktis dalam pengaturan posisi pemain di kotak penalti.
Gol dari Sepak Pojok: Jumlah vs Efektivitas
-
MU sendiri cukup aktif mengambil sepak pojok, tetapi mereka belum berhasil mencetak gol langsung dari kontak pertama setelah sepak pojok. Meskipun beberapa gol terjadi dari fase lanjutan, itu tidak menunjukkan kekuatan dalam penyelesaian bola mati.
Ringkasan Komprehensif:
Aspek | Temuan Utama |
---|---|
Volume Sepak Pojok | MU menghadapi banyak sepak pojok—termasuk tertinggi di liga. |
Persentase Kebobolan | Hanya 2,96 % sepak pojok yang berujung gol — relatif efektiv. |
Masalah Utama | Keberisakan situasi – bukan efisiensi. Terlalu banyak sepak pojok → lebih rentan. |
Jenis Serangan Lemah | Inswingers: 6 dari 9 gol akibat ruang pertahanan dan positioning yang buruk. |
Efektivitas Serangan | MU belum mengonversi sepak pojok menjadi gol langsung melalui kontak pertama. |
Kesimpulan
Secara eksplisit terlihat bahwa predikat “paling rapuh” sebenarnya lebih berkaitan dengan frekuensi sepak pojok yang tinggi daripada langsung karena buruknya pertahanan. Masalah utama Manchester United adalah jumlah situasi sepak pojok yang mereka hadapi, yang membuka lebih banyak peluang bagi lawan. Ditambah dengan kelemahan dalam menghadapi tipe sepak pojok tertentu (khususnya inswingers) dan kurangnya ancaman serangan dari situasi tersebut, membuat mereka tampak sangat rentan.
Baca Juga: Kesan Pertama Begitu Menggoda, Bryan Mbeumo Diyakini Bakal Jadi Bintang Besar di MU